‎Program SAPA, Pemkab Bojonegoro Ajak Masyarakat Waspada Demam Berdarah

BOJONEGOROtimes.Id — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Kesehatan kembali mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit Demam Dengue.

‎Imbauan ini disampaikan dalam program SAPA! (Selamat Pagi) yang disiarkan oleh Radio Malowopati FM pada Jumat, 20 Juni 2025.

‎Dalam kesempatan tersebut, dr. Alvi Chomariyati, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam dari RSUD Sosodoro Djatikoesoemo menjelaskan bahwa Demam Dengue merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.

Penyakit ini umum terjadi di daerah tropis seperti Indonesia dan dapat menimbulkan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, ruam, serta nyeri otot dan sendi.

‎“Jika seseorang mengalami demam selama tiga hari berturut-turut, sebaiknya segera periksa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat,” ujarnya.

‎Dr. Alvi juga menggarisbawahi pentingnya langkah pencegahan, di antaranya melalui gerakan 3M Plus (menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta tindakan tambahan untuk menghindari gigitan nyamuk).

Selain itu, pemerintah kini juga menggalakkan vaksinasi dengue.

‎Meskipun tidak sepenuhnya mencegah infeksi, vaksin ini terbukti mampu menurunkan risiko keparahan hingga 60 persen.

‎“Vaksin dengue direkomendasikan untuk usia 6 hingga 45 tahun, dan harus melalui proses skrining terlebih dahulu demi memastikan keamanan penerima,” tambahnya.

‎Selain itu, dr. Alvi menyarankan pasien dengue untuk cukup beristirahat, menjaga asupan cairan, memantau kadar trombosit, mengonsumsi makanan bergizi, dan menggunakan obat pereda nyeri sesuai anjuran.

‎Jika kondisi memburuk, pasien perlu segera dirujuk ke rumah sakit.

‎Sementara itu, drg. Fajar Respati selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bojonegoro menuturkan bahwa pihaknya terus menggencarkan sosialisasi pencegahan dengue, termasuk membedakan antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang bersifat lebih serius.

‎“Kasus DBD di Bojonegoro tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, namun upaya edukasi kepada masyarakat tetap intens dilakukan,” jelasnya.

‎Ia menambahkan, keberhasilan program pencegahan tak lepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari tokoh masyarakat, tenaga medis, hingga media massa.

‎Pemkab Bojonegoro terus berupaya melakukan kampanye bebas DBD yang adaptif terhadap kondisi lokal.

‎“Dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa mencegah kematian akibat dengue dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” pungkas drg. Fajar.

‎Melalui program ini, Pemkab Bojonegoro berharap seluruh lapisan masyarakat semakin peduli dan aktif dalam upaya pencegahan DBD secara berkelanjutan. (Az)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *