BPS Bojonegoro Rilis Data Inflasi, TPK Hotel, dan Ketenagakerjaan 2025

BOJONEGOROtimes.Id – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro melaksanakan Rilis Pers Berita Resmi Statistik (BRS) pada Senin, 1 Desember 2025.

‎Acara yang berlangsung di Ruang Rapat BPS Bojonegoro, Jalan Sawunggaling itu merupakan bagian dari kolaborasi BPS bersama Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam memperluas jangkauan informasi statistik ke masyarakat.

‎Dalam rilis tersebut disampaikan tiga indikator utama yang menjadi fokus pembahasan, yakni perkembangan Indeks Harga Konsumen (inflasi) November 2025, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel untuk periode Oktober 2025, serta kondisi ketenagakerjaan hingga Agustus 2025.

‎Inflasi Bojonegoro menunjukkan pergerakan stabil dengan capaian month to month (m-to-m) 0,19 persen.

Sementara angka year to date (y-to-d) berada di level 2,27 persen dan year on year (y-on-y) tercatat 2,87 persen.

‎Kepala BPS Bojonegoro, Syawaluddin Siregar, menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih menjadi faktor pendorong utama inflasi.

‎Tomat menjadi komoditas yang paling mempengaruhi inflasi m-to-m, sementara kelapa menonjol pada perhitungan y-on-y.

‎“Posisi inflasi Bojonegoro berada di tengah-tengah bila dibandingkan 12 kabupaten/kota lain. Pengendalian perlu diperkuat menjelang Natal, Tahun Baru, serta momen Lebaran di 2026 yang biasanya memicu kenaikan harga,” terangnya.

‎Sektor pariwisata dan perhotelan juga menunjukkan tren positif. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada Oktober 2025 mencapai 50,77 persen.

‎Angka ini naik signifikan 8,96 poin dibanding bulan sebelumnya.

‎Data BPS juga menunjukkan iklim ketenagakerjaan yang membaik. Dalam kurun Agustus 2024–Agustus 2025, terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 57.918 orang.

‎Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat dari 73,86 persen menjadi 78,61 persen, atau naik 4,75 persen dibanding tahun lalu.

‎Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus menurun sejak 2020. Pada 2025, TPT Bojonegoro berada di angka 3,90 persen, turun 0,51 poin dari tahun 2024 yang masih berada di level 4,42 persen.

‎Kendati demikian, Syawaluddin menyoroti bahwa pekerja Bojonegoro masih didominasi sektor informal.

‎“Hanya 31 persen tenaga kerja di sektor formal, sedangkan 69 persennya berada di sektor informal yang sifatnya tidak stabil. Ini menjadi pekerjaan rumah meski angka pengangguran sudah rendah,” jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *