‎30 KM Jalan Kaki Tanpa Mengeluh, 133 Polisi Bojonegoro Jalani Tradisi Pembaretan

BOJONEGOROtimes.Id – Sebanyak 133 personel dari Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dan Satuan Reserse Narkoba (Sat Resnarkoba) Polres Bojonegoro mengikuti kegiatan pembinaan tradisi dan pembaretan, Sabtu 31 Mei 2025.

‎Prosesi ini berlangsung di Museum Bengawan, Desa Padang, Kecamatan Trucuk, setelah mereka menuntaskan long march sejauh 30 kilometer.

‎Tradisi ini diawali dengan upacara pembukaan yang dipimpin langsung oleh Kapolres Bojonegoro, AKBP Mario Prahatinto, SH, SIK, M.Si, di halaman Mapolres.

‎Hadir dalam upacara tersebut para pejabat utama Polres, ASN Polri, serta seluruh peserta pembaretan.

‎Setelah upacara, para peserta memulai perjalanan panjang dengan berjalan kaki menempuh rute sejauh 30 kilometer.

‎Long march ini menjadi bagian utama dari rangkaian tradisi, sekaligus tantangan fisik dan mental yang harus dilalui.

‎Menariknya, Kapolres Bojonegoro turut bergabung berjalan kaki bersama para personel, sebagai bentuk dukungan dan motivasi langsung dari pimpinan.

‎Sesampainya di Museum Bengawan, para peserta melanjutkan prosesi pembaretan dengan penuh khidmat.

‎Lokasi ini dipilih sebagai simbol nilai-nilai sejarah dan perjuangan yang sejalan dengan semangat pengabdian kepolisian.

‎Dalam keterangannya, AKBP Mario menyampaikan bahwa tradisi pembaretan ini bukan sekadar seremoni formal, tetapi merupakan langkah penting dalam membentuk karakter, mental, dan fisik personel.

‎”Kegiatan ini adalah simbol penguatan semangat juang, integritas, dan loyalitas terhadap tugas sebagai aparat penegak hukum,” tegasnya.

‎Ia menambahkan, tradisi ini juga berfungsi mempererat solidaritas antar personel, membangun kebanggaan, serta memperkuat jiwa korsa dalam menghadapi berbagai tantangan tugas di lapangan.

‎”Momentum ini sangat penting dalam proses regenerasi di tubuh Sat Reskrim dan Sat Resnarkoba. Dengan semangat baru dan kekompakan yang solid, kami berharap para personel siap memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat,” pungkas perwira lulusan Akpol 2004 itu.

‎Kegiatan ini menjadi penegasan bahwa pembinaan tradisi dalam institusi Polri tetap relevan sebagai sarana membentuk sumber daya manusia yang tangguh, berdedikasi, dan siap menghadapi dinamika tugas kepolisian yang terus berkembang. (Az)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *