BOJONEGOROtimes.Id – Pemkab Bojonegoro berupaya mengendalikan inflasi daerah dengan mengintensifkan pemanfaatan pekarangan rumah warga untuk menanam tanaman pangan.
Langkah ini disampaikan oleh Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Kabupaten Bojonegoro, Sukaemi, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi pada Senin, 14 April 2025.
Sukaemi menjelaskan bahwa selain peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang dinilai baik, diperlukan langkah konkret jangka pendek dan panjang.
”Untuk jangka pendek, Pemkab akan bersinergi dengan Bulog dan pihak terkait lainnya untuk memastikan ketersediaan bahan pokok. Hal ini termasuk intensifikasi distribusi dan ketersediaan sembilan bahan pokok utama melalui koordinasi dengan penyedia seperti cabai,” katanya.
Lebih lanjut, pemberdayaan keluarga melalui optimalisasi lahan pekarangan menjadi fokus. Masyarakat didorong untuk menanam cabai, tomat, dan sayuran guna memenuhi kebutuhan rumah tangga dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
”Meskipun petani lokal telah berkontribusi, seringkali pasokan belum mencukupi,” tuturnya.
Sukaemi menekankan pentingnya mengoptimalkan pekarangan, sekecil apapun, minimal untuk tanaman cabai.
Pembibitan mandiri juga didorong, dan petani akan mendapatkan pendampingan dari penyuluh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) terkait teknik penanaman yang baik dan produktif, baik di polibag maupun lahan langsung, yang diharapkan dapat menambah pendapatan keluarga.
Program ini berjalan seiring dengan program GAYATRI (Gerakan Ayam Petelur Mandiri) dalam upaya pengendalian inflasi.
Langkah kedua adalah membuat kalender tanam yang terprogram, berkoordinasi dengan Koordinator Penyuluh DKPP.
”Tujuannya adalah menghindari penanaman dan panen serentak, sehingga ketersediaan bahan pokok seperti cabai dan tomat tetap terjaga dan fluktuasi harga akibat hukum permintaan dan penawaran dapat dihindari,” jelasnya.
Untuk jangka panjang, Pemkab Bojonegoro telah berkoordinasi dengan PT PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) untuk bersinergi dalam mengatasi kekurangan atau kenaikan harga bahan pokok, terutama saat permintaan tinggi.
Program GAYATRI, serta program ayam kampung dan lele yang sudah berjalan, diharapkan dapat bersinergi dengan partisipasi masyarakat untuk mengendalikan inflasi dan mengentaskan kemiskinan di Bojonegoro.
Kepala Cabang Bulog Bojonegoro, Ferdian Darma Atmaja, melaporkan bahwa stok di gudang Bulog Sumengko saat ini mencapai 6.915 ton beras, 59,6 ton gula, dan 21 ribu liter minyak goreng.
”Selain itu, Kabupaten Bojonegoro telah menyerap 11 ribu ton gabah kering panen (GKP), melebihi target pusat sebesar 8.700 ton,” ujarnya.
Penyerapan gabah langsung dari petani juga telah dilakukan bekerja sama dengan TNI dan menggandeng pemilik penggilingan padi lokal sebagai mitra. (Az)