Pendidikan atau Bisnis, Study Tour SMAN 1 Sukodadi Lamongan Disorot Tajam

LAMONGAN – Kegiata‎n studi literasi dan observasi (studi lensi) yang digelar oleh SMAN 1 Sukodadi pada 5 Mei 2025 ke Pulau Bali kini menuai kecaman dari sejumlah wali siswa.

‎Alih-alih menjadi sarana pembelajaran di luar kelas, program tersebut justru memicu pertanyaan besar terkait transparansi pengelolaan dana, partisipasi orang tua, hingga dugaan praktik komersialisasi dalam institusi pendidikan.

‎Keluhan bermula dari keputusan pemberangkatan siswa yang dinilai dilakukan secara sepihak oleh pihak sekolah, tanpa adanya musyawarah terbuka bersama orang tua atau komite sekolah.

‎Sejumlah wali murid mengungkapkan kekecewaannya atas minimnya komunikasi dari pihak sekolah.

‎”Ini bukan tentang liburan ke Bali. Ini tentang kejujuran dan keterbukaan. Pendidikan seharusnya tidak dijadikan ajang mencari keuntungan,” ujar salah satu wali siswa yang meminta identitasnya dirahasiakan.

‎Keresahan semakin meningkat ketika dana yang dikumpulkan untuk kegiatan tersebut tidak disertai rincian penggunaan yang jelas.

‎Beberapa orang tua mengaku tak pernah menerima laporan tertulis atau penjelasan rinci terkait anggaran.

‎Hingga berita ini ditulis pada Rabu (18/6/2025), pihak sekolah belum memberikan tanggapan resmi.

‎Tidak ada klarifikasi maupun bentuk pertanggungjawaban yang disampaikan kepada publik.

‎Di sisi lain, Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan juga belum mengambil langkah konkret untuk merespons kegelisahan para orang tua siswa.

‎”Jika tidak ada tindak lanjut dari Dinas Pendidikan maupun Bupati, kami siap membawa masalah ini ke tingkat nasional. Kami akan ajukan laporan ke Kemendikbud dan Ombudsman. Ini bukan gertakan, ini hak kami sebagai warga negara,” tegas salah satu perwakilan wali murid.

‎Kisruh ini memperlihatkan wajah lain dari dunia pendidikan yang seharusnya menjunjung nilai dialog, transparansi, dan akuntabilitas.

‎Ketika hal-hal prinsipil ini diabaikan, yang menjadi korban bukan hanya peserta didik, tetapi juga masa depan pendidikan itu sendiri. (ded)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *