BOJONEGOROtimes.Id – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus memacu kemandirian dan inovasi masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal.
Bukti nyata dari upaya ini terlihat di Desa Sukorejo, Kecamatan Malo, yang kini memiliki kebun melon premium berbasis edufarm. Kebun ini menjadi pelopor dalam menyatukan sektor pertanian, pendidikan dan pariwisata.
Pada hari Selasa, 15 April 2025, Ketua TP PKK Kabupaten Bojonegoro, Dr. Hj. Cantika Wahono mengunjungi langsung kebun melon milik Yayasan Kabel Wahid Indonesia.
Dalam kunjungannya, Cantika mengapresiasi kepada warga Malo atas inisiatif kreatif dan terobosan mereka dalam budidaya pertanian yang melibatkan anak-anak dalam proses belajar yang edukatif.
“Secara tidak langsung kita memberikan pembelajaran dari hal sederhana, namun dengan cara yang sederhana ini dapat mengena di kalangan anak-anak,” ujarnya memberikan semangat.
Model ‘edufarm’ ini memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar langsung dari alam, mulai dari proses penanaman hingga panen. Selain menanamkan nilai-nilai produktivitas sejak usia dini, konsep ini juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal.
Cantika Wahono menambahkan bahwa kegiatan ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata edukasi, membuka peluang bagi masyarakat dari luar daerah untuk berkunjung, membeli hasil panen, sekaligus mempelajari proses budidaya secara langsung.
“Sekaligus secara tidak langsung akan berdampak dengan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia berharap pendekatan sederhana namun memberikan dampak besar tersebut dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk berinovasi dan membangun kemandirian ekonomi melalui potensi yang ada di lingkungan sekitar.
“Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat membangun ekonomi kemandirian warga,” tuturnya penuh harap.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Zainal Fanani, menjelaskan bahwa Kecamatan Malo memiliki potensi besar dalam pengembangan buah-buahan premium.
Saat ini, sedang dikembangkan tiga varietas unggulan, yaitu Sweethami dari Belanda, Fujisawa dari Jepang, dan Etanon, yang semuanya termasuk dalam kategori melon premium dengan nilai jual tinggi.
“Semoga para petani lain dapat terinspirasi untuk belajar pengembangan buah melon yang ada di Malo ini,” imbuhnya.
Suryanto, Ketua Yayasan Kabel Wahid Indonesia, menyambut baik dukungan dari pemerintah daerah. Dia berharap kunjungan ini dapat memotivasi masyarakat, terutama generasi muda, untuk ikut serta dalam pengembangan pertanian yang inovatif.
“Agar para pemuda ikut tergugah dan bersemangat belajar pengembangan buah melon, yang nantinya akan menambah tempat wisata dalam kegiatan Medhayoh Bojonegoro,” pungkasnya.
Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat dapat tumbuh dari ide-ide sederhana di tingkat desa, yang memberikan dampak signifikan bagi masa depan. (Az)